ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN UNSUR EKSTRINSIK NASKAH DRAMA DARI
CERPEN “KU MENUNGGUMU DI AL-AKBAR” KARYA
FIONI A. L
Lampiran:
NASKAH DRAMA KU
MENUNGGUMU DI AL-AKBAR
Berkisah
tentang sepasang insan yang saling mencintai. Namun kisah mereka harus kandas
di tengah jalan karena salah satu dari
mereka telah dijodohkan oleh ibunya. sebut saja Fahmi. Dia adalah
kekasih dari Kirna. Kirana adalah seorang kekasih yang selalu setia rela
menunggu kedatangan kekasihnya meskipun bertahun-tahun lama bekerja di Jakarta.
Pada suatu
malam Kirana sedang berada di jendela kamar sedang menatap megahnya mesjid
Al-Akbar disertai suasana hujan-hujan kecil. Tiba-tiba ia teringat sebuah janji
bersama seorang pria yang diidamkannya dia bernama Mas Fahmi. Lalu
keesokan harinya mereka bertemu.
Mas Fahmi : “Ran, aku jadi pergi besok.”
Kirana : “Mas benar-benar akan ke Jakarta? Hmmh, kenapa harus
jauh sekali?”
Mas
Fahmi : “Iya, memang jauh. Aku gak
enak nolak tawaran pekerjaan itu. Apalagi aku memang sangat membutuhkannya.”
Kirana : “Ya, kalau itu memang sudah jadi
pilihan Mas Fahmi, jalani saja.
Ran pasti akan selalu doakan di sini.”
Mas
Fahmi : “Makasih ya Ran. Nanti kalau
Mas sudah sukses, Mas mau kasih hadiah buat Ran.”
Kirana : “Hem? Hadiah? Kenapa gak sekarang
saja?
kenapa harus tunggu sukses dulu? Emang hadiahnya
mahal?”
Mas Fahmi :“Iya, bahkan.. tidak ternilai harganya?”
Kirana : “Apa?” (Fahmi kembali memandang kirana sambil
tersenyum).
Mas
Fahmi : “Biar Al Akbar yang menjadi
saksinya nanti dalam sebuah pertemuan suci antara dua insan.”
(kirana
tersenyum malu. Jantungnya berdegup cepat, wajahnya memerah.)
Kirana : “InsyaAllah. Semoga Allah memberi
jalan terindah buat kita. Aku akan menunggumu di Masjid Al Akbar.”
Sejak
pertemuan itu kirana dan Mas Fahmi tidak pernah bertemu lagi. Satu tahun, dua
tahun, tidak terasa sudah hampir empat tahun berlalalu.
Selama
itu, hanya dunia maya penghubung antara mereka.
Sudah tiga
tahun terakhir ia jarang pulang ke Surabaya. Bahkan di hari lebaran, ia hanya
tinggal paling lama dua hari saja. Terakhir ia pulang, karena ibundanya yang
tiba-tiba jatuh sakit. Ia menelpon Kirana dan minta maaf padanya sebab tidak sempat menemuinya
karena ia harus buru-buru kembali ke Jakarta.
Semakn
lama… Kirana semakin merasa kehilangan dirinya. Ada perasaan yang tidak enak
mungkin karena terlalu cemas. Tiba-tiba Kirana teringat sebuah e-mail, dia
membukanya namun tidak ada kabar dari
Fahmi, beberapa kali ia membukanya bahkan sampai ke sepuluh kali, akhirnya ada
kiriman yang datang dan itu dari Mas Fahmi.
Kirana : “Subhanallah!!!” (Kirana
terbelalak hampir saja ia melompat kegirangan. Tiba-tiba ia melihat ada nama
Fahmi di daftar inboxnya). Ya Allah, akhirnya..
Mas Fahmi : “Salamu’alaikum wr.wb.
Kirana..
Mas minta maaf karena baru bisa balas e-mail kamu. Mas juga minta maaf karena tidak pernah menghubungi Ran lagi.
Alhamdulillah, keadaan Mas baik-baik aja. Ran, besok pagi Mas mau ketemu sama
kamu. Ada yang mau Mas katakan. Bisa kan? di
Taman Flora dekat kampusmu, jamnya kamu yang
tentukan saja. Mas tunggu balasannya.
Kirana : Wassalamu’alaikum”
(Jantung
Kirana berdebar-debar berbagai prasangka berkecamuk dalam dada.)
“wa’alaikumsalam. Iya Mas, tidak apa-apa. Ran
mengerti kalau mas sibuk sekali. Alhamdulillah,
keadaan Mas Fahmi baik-baik saja. Ran sempat khawatir terjadi apa-apa sama Mas
Fahmi. Ya sudah, besok kita ketemu jam 10 ya.” (Keesokan harinya
Kirana dan Mas Fahmi bertemu di suatu tempat yang dijanjikannya. Namun setelah Mas
Fahmi datang, ia terdiam menatap Kirana, agak lama. Terlihat ada mendung yang
menutupi matanya yang teduh).
Kirana : “Ada apa Mas? Katanya ada yang mau disampaikan sama
Ran?”
Mas
Fahmi : “Ehmm… Iya Ran.. Sebelumnya,
Mas minta maaf. Mas mau Ran mendengarkan Mas cerita sampai selesai ya. Setelah
itu terserah apa yang mau Ran lakukan ke mas Fahmi.”
Kirana : “Silahkan, Ran dengerin kok.”
Mas
Fahmi : “Ibu Mas.. tiap kali Mas
pulang selalu menyuruh Mas untuk cepat menikah agar Ibu bisa melihat Mas di
pelaminan.”
(Deg!
Sejenak kirana merasa tersentak mendengar hal itu jantungnya serasa berhenti
berdetak).
“Mas
sudah berencana untuk segera mengenalkan Ran pada Ibu.”
(Swiinggg!!
Rasanya ribuan bunga mekar seketika di dalam hatiku).
Kirana : “Eeh, lalu?” (Kirana mulai tidak sabar.)
“Tapi…”
“Tapi…?”
Mas
Fahmi : (Mas Fahmi terdiam lagi. kali
ini agak lama dari sebelumnya. Ia menundukkan sejenak. Lalu menatapku lagi
dengan pandangan yang lebih sendu dari sebelumnya).
“T..tter..
ternyata… Ibu telah menjodohkan Mas dan ingin sekali Mas menikah dengan gadis pilihan Ibu.” (Katanya lirih dan
terbata-bata).
“Mas ingin
sekali menolaknya jika saja Mas bisa. Mas sudah berusaha menjelaskan pada Ibu,
kalau Mas sudah punya pilihan lain bahkan Mas sempat bersitegang dengan Ibu.
Tapi Ibu tetap tidak mau tahu. Ibu malah sedih dan akhirnya jatuh sakit
sampai-sampai terkena stroke. Ibu terbaring lemah di rumah sakit, bahkan
menolak untuk bertemu dengan Mas. Ibu tidak punya semangat hidup lagi karena
anak satu-satunya tidak mau mewujudkan keinginannya. Mas tidak tega Ran.
Akhirnya, seminggu yang lalu Mas telah bertunangan dengan gadis itu.”
Kirana : (Kiran terkejut, Ia tak bisa lagi
membendung air matanya yang mulai meluap dan tumpah).
“Kke..
Kenapa Mas baru cerita sama Ran?” (dia mulai terisak.)
Mas
Fahmi : “Mas tidak tega Ran. Mas gak
bisa melihat kamu sedih dan menangis seperti ini. Mas takut melukai perasaan
kamu. Mas bingung harus bagaimana menyampaikan semua ini.”
Kirana : (Kiran berusaha membendung air mataku walau tak
berhasil.)
“Sss..
Sudahlah Mas.. Aku….”
Mas Fahmi : “Maafin Mas ya Ran.”
(Kirana
tidak bisa berkata lebih banyak lagi, semakin dia melihatnya semakin dia ingin
menjerit. Ulu hatinya bagai tertusuk-tusuk pedang tajam. Merasa sakit! dia segera
berdiri dari tempat duduk Mas Fahmi dan ingin segera pergi).
Mas Fahmi : “Ran mau kemana?”
Kirana : “Ran mau pulang Mas. Wassalamu’alaikum.”
Mas Fahmi : “Kirana…”
Tiba-tiba
Kirana pun pergi sambil menangis menuju rumahnya. Sesampai di rumah ia seolah tidak percaya dengan perkataan Fahmi.
Betapa tidak seorang laki-laki yang selama
ini ia impikan untuk jadi imam dalam hidupnya kini harus bersama orang lain.
Kirana : (Sambil menangis penuh dengan
rasa kesal dan kecewa) Hancur sudah semua harapan bahagiaku. Cuma dia laki-laki
yang aku cintai dan aku impikan tuk
jadi imamku. Selama dalam masa penantianku. Menanti janji manisnya untuk kami
wujudkan berdua. Tapi apa balasan atas kesetiaanku? Kenapa harus berakhir
seperti ini Ya Allah. Apa salah hamba? Salahkah semua kesetiaan ini? Salahkah
hamba mencintainya? salahkah hamba mengharapkannya? Salahkah hamba menginginkan
ia tuk jadi pendamping hamba di kemudian hari?
Hidupku
bagai tak berharga lagi, kemanapun aku pergi bayangan tentangnya selalu mengikuti. Tidak ada lagi semangat
dalam hidupku. Aku bagai bunga yang kering menunggu mati.
Tak lama
lagi adalah hari wisuda. Ku kira hari itu akan
jadi hari bahagiaku karena ia pasti kan hadir dan memberiku selamat, lalu akan
ku kenalkan pada kedua orangtuaku sebagai calon pendamping hidupku. Namun itu
semua tinggallah mimpi yang kini telah musnah jadi asap. (Tiba-tiba mamanya
datang dan meyakinkan Kirana)
Mama
Kirana : Sudahlah nak, mama tahu kamu
sedang bersedih, Kamu harus yakin bahwa Allah telah mempersiapkan seseorang
yang seribu kali lebih baik dari Mas Fahmi untumu.
Kirana : Kok mama bisa tahu kalau Kirana lagi sedih?
Mama
Kirana : “Kamu jangan kehilangan semangat
seperti ini Nak.” (Lanjut mama). “Allah selalu punya rencana istimewa buat
hamba-hambaNya yang istimewa, dan Kamulah salah satunya. Percaya sama Allah,
Sayang. Allah akan memberikan yang terbaik buat kamu. Mungkin ini ujian dari
Allah, dan jangan lupa jika Allah menguji seorang hambaNya berarti Allah sayang
sama dia karena Allah ingin ia jadi lebih mulia. Kamu yang sabar ya, yang
ikhlas.”
Kirana : Ya Allah, mama benar. Aku harus
bisa melanjutkan hidupku. (Kirana pun mulai tenang dalam belaian hangat
mamanya).
Akhirnya
setahun sudah waktu berlalu. Semakin menapaki hari, semakin tahu bahwa tidak sepantasnya Kirana menyesali
apa yang terjadi. Walaupun sampai saat ini, Kirana masih belum bisa sepenuhnya
melupakan Fahmi. Sulit memang melupakan orang yang sangat dicintainya. Tapi
Kirana percaya, sesuatu yang sulit bukan berarti tidak bisa untuk dilakukan.
Tak
disangka ada kejutan istimewa untuk kirana, papanya mengenalkan dia dengan
seorang pemuda yang baik, santun dan InsyaAllah punya pemahaman agama yang
lumayan baik. Saat Pemuda itu datang melamarnya, tidak ada alasan bagi Kirana
untuk menolaknya, karena ia sama-sama menyukainya.
Mas
Alfath : “Dik Kirana, ingin akad
nikah kita nanti dilaksanakan dimana?” (tanya Mas Alfath saat rapat keluarga
untuk mempersiapkan hari pernikahannya).
Kirana : “Di Masjid Al Akbar.” (jawab sambil tersenyum).
Akhirnya
mereka menikah dengan Mas Alfah di mesjid
Al akbar. Sekarang Mas Alfath
adalah masa depannya. Kepada suaminya
Kirana akan mengabdikan diri sebagai seorang istri sholehah. Kepadanya ia
semaikan kesetiaan cinta karena Allah yang tidak akan pudar.
Tak
lama kemudian, sesosok wajah yang dinantikan hadir bersama seorang wanita
cantik yang memeluk dengan penuh kasih
sayang seorang bayi mungil di gendongannya. Ternyata Mas Fahmi. Kirana
tersenyum, dia pun tersenyum. Nampak ada raut kebanggaan di wajahnya yang
seolah berkata.
“Semoga
kamu bahagia selamanya.”
ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN UNSUR EKSTRINSIK NASKAH DRAMA DARI
CERPEN “KU MENUNGGUMU DI AL-AKBAR”
A. UNSUR
INTRINSIK
1. Alur/ Plot
Dalam naskah drama yang diambil dari cerpen berjudul Ku Menunggu di
Al-Akbar maka akan
terlihat bahwa alur atau plot yang digunakan adalah alur maju. Hal ini bisa dibuktikan dengan meneliti kejadian
demi kejadian yang semuanya disusun secara sistematis, mulai dari pelukisan awal cerita menuju ke konflik, klimaks dan
akhirnya penyelesaian.
a. Unsur-Unsur Alur
- Suspen/ Ketegangan: tidak ada
- Surprise/ Dadakan:
Surprise/ dadakan terjadi ketika Mas
Fahmi mengatakan Kepada Kirana. Berikut kutipannya: “T..tter.. ternyata… Ibu telah
menjodohkan Mas dan ingin sekali Mas menikah dengan gadis pilihan Ibu.”
(Katanya lirih dan terbata-bata). “Mas
ingin sekali menolaknya jika saja Mas bisa. Mas sudah berusaha menjelaskan pada
Ibu, kalau Mas sudah punya pilihan lain bahkan Mas sempat bersitegang dengan
Ibu. Tapi Ibu tetap tidak mau tahu. Ibu malah sedih dan akhirnya jatuh sakit
sampai-sampai terkena stroke. Ibu terbaring lemah di rumah sakit, bahkan
menolak untuk bertemu dengan Mas. Ibu tidak punya semangat hidup lagi karena
anak satu-satunya tidak mau mewujudkan keinginannya. Mas tidak tega Ran.
Akhirnya, seminggu yang lalu Mas telah bertunangan dengan gadis itu.”
Kirana : (Kiran terkejut, Ia tak bisa lagi
membendung air matanya yang mulai meluap dan tumpah). “Kke..
Kenapa Mas baru cerita sama Ran?” (dia mulai terisak.)
-
Dramatik Ironi:
Dramatik ironi terjadi ketika
kirana bersedih, berikut kutipannya: “Tak lama lagi adalah hari wisuda. Ku kira hari itu akan jadi hari
bahagiaku karena ia pasti akan
hadir dan memberiku selamat, lalu akan ku kenalkan pada kedua orangtuaku
sebagai calon pendamping hidupku. Namun itu semua tinggallah mimpi yang kini
telah musnah jadi asap”.
b.
Tahapan Alur
- Pelukisan awal cerita/Perkenalan, ditunjukan pada saat sinopsis
cerita. Disana dilukiskan bahwa ada sepasang kekasih yang saling mencintai,
namun kisah mereka tidak pernah bersatu disebabkan karena salah satu dari
mereka telah dijodohkan oleh ibunya. Perjodohan itu dialami oleh Fahmi. Berikut kutipannya; “Berkisah
tentang sepasang insan yang saling mencintai. Namun kisah mereka harus kandas
di tengah jalan karena salah satu dari
mereka telah dijodohkan oleh ibunya. sebut saja Fahmi. Dia adalah
kekasih dari Kirana. Kirana adalah seorang kekasih yang selalu setia rela
menunggu kedatangan kekasihnya meskipun bertahun-tahun lama bekerja di Jakarta.
- Konflikasi/Penggawatan, ditunjukan
pada saat Mas
Fahmi memberi pengharapan bahwa mereka akan bertemu di Mesjid Al-Akbar setelah
pulang bekerja dari Jakarta, namun setelah menunggu bertahun-tahun tidak
kunjung datang. Sehingga tidak ada kepastian untuk bertemu. Akhirnya Kirana merasa cemas karena tidak ada
kepastian dari Mas Fahmi yang menunggu kapan akan pulang. Ia menunggu selama
bertahun-tahun tapi tetap saja tidak ada kabar, sampai suatu saat Mas Fahmi
memberi kabar hanya lewat e-mail saja. Berikut
kutipannya; “Mas
Fahmi: “Biar Al Akbar yang menjadi saksinya nanti dalam sebuah pertemuan suci
antara dua insan.”
Kirana: “InsyaAllah. Semoga Allah memberi jalan
terindah buat kita. Aku akan menunggumu di Masjid Al Akbar.”
Sejak pertemuan itu Kirana dan Mas Fahmi tidak pernah
bertemu lagi. Satu tahun, dua tahun, tidak terasa sudah hampir empat tahun
berlalalu. Selama
itu, hanya dunia maya penghubung antara mereka.
Sudah tiga tahun terakhir ia jarang pulang ke
Surabaya. Bahkan di hari lebaran, ia hanya tinggal paling lama dua hari saja.
Terakhir ia pulang, karena ibundanya yang tiba-tiba jatuh sakit. Ia menelpon
Kirana dan minta maaf padanya sebab tidak
sempat menemuinya karena ia harus buru-buru kembali ke Jakarta.
Semakin
lama, Kirana semakin merasa kehilangan dirinya. Ada perasaan yang tidak enak mungkin
karena terlalu cemas. Tiba-tiba kirana teringat sebuah e-mail, dia membukanya, namun tidak ada kabar dari Fahmi, beberapa kali ia
membukanya bahkan sampai ke sepuluh kali, akhirnya ada kiriman yang datang dan
itu dari Mas Fahmi.
-
Klimak / Titik
Puncak Cerita, terjadi pada saat
Mas Fahmi bertemu dengan
Kirana setelah beberapa tahun tidak pulang dan saat itu
Mas Fahmi menceritakan yang sebenarnya terkait keinginan dan kondisi ibunya
yang sedang sakit. Tiba-tiba
Kirana tersentak mendengar cerita itu, isinya menceritakan seorang gadis yang dijodohkan
oleh ibunya lalu ia bertunangan dengan gadis itu seminggu yang lalu. Betapa
tidak Kirana merasa tersentak ketika mendengarnya seolah-olah ia tidak percaya
tetapi ini kenyataan yang harus diterima oleh Kirana. Kirana bersedih dan
pulang ke rumahnya.
Berikut
kutipannya; “Mas Fahmi: “Ibu Mas.. tiap kali Mas pulang selalu menyuruh
Mas untuk cepat menikah agar Ibu bisa melihat Mas di pelaminan.”
(Deg! Sejenak kirana merasa tersentak mendengar hal
itu jantungnya serasa berhenti berdetak).
“Mas sudah berencana untuk segera mengenalkan Ran
pada Ibu.”
Kirana : “Eeh, lalu?” (Kirana mulai tidak
sabar.) “Tapi…” “Tapi…?”
Mas Fahmi : (Mas Fahmi terdiam lagi, kali ini agak
lama dari sebelumnya. Ia menundukkan sejenak. Lalu menatapku lagi dengan
pandangan yang lebih sendu dari sebelumnya).
“T..tter..
ternyata… Ibu telah menjodohkan Mas dan ingin sekali Mas menikah dengan gadis
pilihan Ibu.” (Katanya lirih dan terbata-bata).
“Mas ingin
sekali menolaknya jika saja Mas bisa. Mas sudah berusaha menjelaskan pada Ibu,
kalau Mas sudah punya pilihan lain bahkan Mas sempat bersitegang dengan Ibu.
Tapi Ibu tetap tidak mau tahu. Ibu malah sedih dan akhirnya jatuh sakit
sampai-sampai terkena stroke. Ibu terbaring lemah di rumah sakit, bahkan
menolak untuk bertemu dengan Mas. Ibu tidak punya semangat hidup lagi karena
anak satu-satunya tidak mau mewujudkan keinginannya. Mas tidak tega Ran.
Akhirnya, seminggu yang lalu Mas telah bertunangan dengan gadis itu.”
Kirana:
(Kiran terkejut, Ia tak bisa lagi membendung air matanya yang mulai meluap dan
tumpah).
“Kke..
Kenapa Mas baru cerita sama Ran?” (dia mulai terisak)
Mas Fahmi:
“Mas tidak tega Ran. Mas gak bisa melihat kamu sedih dan menangis seperti ini.
Mas takut melukai perasaan kamu. Mas bingung harus bagaimana menyampaikan semua
ini.”
-
Resolusi/penyelesaian, tahap ini terjadi ketika Mama Kirana menghampiri
Kirana saat Kirana sedang meratapi
kesedihannya untuk memberikan nasihat agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan
karena semua kejadian itu pasti akan ada hikmahnya sehingga pada akhirnya
Kirana pun mulai menerimanya.
berikut kutipannya; “Mama Kirana: Sudahlah nak, mama
tahu kamu sedang bersedih, Kamu harus yakin bahwa Allah telah mempersiapkan
seseorang yang seribu kali lebih baik dari Mas Fahmi untukku.
Kirana : Kok mama bisa tahu
kalau Kirana lagi sedih?
Mama
Kirana: “Kamu jangan kehilangan semangat seperti ini Nak.” (Lanjut mama).
“Allah selalu punya rencana istimewa buat hamba-hambaNya yang istimewa, dan
Kamulah salah satunya. Percaya sama Allah, Sayang. Allah akan memberikan yang
terbaik buat kamu. Mungkin ini ujian dari Allah, dan jangan lupa jika Allah
menguji seorang hamba-Nya
berarti Allah sayang sama dia karena Allah ingin ia jadi lebih mulia. Kamu yang sabar ya, yang ikhlas.”
Kirana : Ya Allah, mama benar. Aku harus bisa
melanjutkan hidupku. (Kirana pun mulai tenang dalam belaian hangat mamanya).
-
Konklusi/keputusan,
tahap ini terjadi ketika Kirana menyadari bahwa ia tidak perlu bersedih
lagi karena tidak ada gunanya. Maka setelah setahun berlalu tidak disangka ada
kejutan istimewa untuk Kirana, papanya mengenalkan dia dengan seorang pemuda
yang baik, santun dan InsyaAllah punya pemahaman agama yang lumayan baik. Saat
Pemuda itu datang melamarnya, tidak ada alasan bagi Kirana untuk menolaknya,
karena ia sama-sama menyukainya. Berikut
kutipannya; “Mas
Alfath: “Dik Kirana, ingin akad nikah kita nanti dilaksanakan dimana? ”(tanya Mas Alfath
saat rapat keluarga untuk mempersiapkan hari pernikahannya).
Kirana :
“Di Masjid Al Akbar.” (jawab sambil tersenyum).
2. PENOKOHAN
DAN PERWATAKAN
a.
Penokohan
-
Tokoh
Protogonis:
Mas Fahmi
Kirana
-
Tokoh
Antagonis:
Ibunya Fahmi
Mamanya Kirana
-
Tokoh Tritagonis:
Mas Alfah
-
Tokoh Peran
Pembantu:
Bapaknya Kirana
Ibunya Fahmi
b.
Perwatakan
Mas Fahmi wataknya baik
Kirana wataknya baik dan penyabar
Ibunya Fahmi wataknya egois
Mamanya Kirana wataknya baik dan penyayang
Mas Alfah wataknya baik
Bapaknya Kirana wataknya baik
3. TEMA
Tema yang terdapat
dalam naskah drama yang berjudul Ku Menunggu di Al-Akbar ini, bertemakan cinta
sepasang kekasih yang saling mencintai namun keduanya tidak bersatu karena
terhalang oleh perjodohan dari salah satu orang tuanya.
-
Kesetiaan
-
Perjodohan
4.
LATAR/ SETTING
-
Latar Ruang:
Di dalam ruangan = di rumah dan di
kamar
Di luar ruangan = di Taman Flora
-
Latar tempat:
Masjid Al
Akbar, kutipannya; ” Kirana: “InsyaAllah. Semoga Allah
memberi jalan terindah buat kita. Aku akan menunggumu di Masjid Al Akbar.”
Kamar, kutipannya; “Pada suatu malam Kirana sedang
berada di jendela kamar sedang menatap megahnya mesjid Al-Akbar disertai
suasana hujan-hujan kecil.
Taman
Flora, kutipannya; “Ran, besok pagi Mas
mau ketemu sama kamu. Ada yang mau Mas katakan. Bisa kan? di Taman Flora dekat
kampusmu, jamnya kamu yang tentukan saja. Mas tunggu balasannya.
-
Latar waktu:
Malam hari, kutipannya; “Pada
suatu malam Kirana sedang berada di jendela kamar sedang menatap megahnya
mesjid Al-Akbar disertai suasana hujan-hujan kecil. Tiba-tiba ia teringat
sebuah janji bersama seorang pria yang diidamkannya dia bernama Mas Fahmi. Lalu
keesokan harinya mereka bertemu”.
Jam 10, kutipannya. “Ran
sempat khawatir terjadi apa-apa sama Mas Fahmi. Ya sudah, besok kita ketemu jam
10 ya.”
5. AMANAT
Amanat yang disampaikan dalam naskah
drama Ku Menunggu di Al-Akbar ini adalah;
-
Kita harus
meyakini bahwa masalah jodoh adalah urusan Allah, jika belum jodohnya maka
Allah akan mempersiapkan seseorang
yang seribu kali lebih baik dari sebelumnya.
Kutipannya; Mamanya Kirana; “Sudahlah nak, Mama
tahu kamu sedang bersedih, Kamu harus yakin bahwa Allah telah mempersiapkan
seseorang yang seribu kali lebih baik dari Mas Fahmi untumu.
-
Jangan patah semangat ketika menemukan suatu kondisi yang
sulit atau menyedihkan.
Kutipannya; “Mama
Kirana: “Kamu jangan kehilangan semangat seperti ini Nak.” (Lanjut mama).
“Allah selalu punya rencana istimewa buat hamba-hambaNya yang istimewa, dan
Kamulah salah satunya. Percaya sama Allah, Sayang. Allah akan memberikan yang
terbaik buat kamu.
-
Jika
Allah menguji seorang hambaNya berarti Allah sayang sama dia karena Allah ingin
ia jadi lebih mulia.
Kutipanya; “Mungkin
ini ujian dari Allah, dan jangan lupa jika Allah menguji seorang hamba-Nya berarti Allah
sayang sama dia karena Allah ingin ia jadi lebih mulia. Kamu yang sabar ya,
yang ikhlas.”
B. UNSUR
EKSTRINSIK
1. PENGARANG
Dalam naskah drama Ku Menunggu di Al-Akbar ini pengarang mengangkat cerita
berdasarkan realita yang biasa terjadi di masyarakat. Kepekaan pengarang dalam
mengangkat cerita ini mungkin sudah berdasarkan analisis serta
pengetahuan/keilmuan pengarang bahwa kehidupan manusia/ seseorang bisa saja
mengandung banyak cerita kepedihan, kesedihan, kecewa bahkan juga kesenangan.
Kali ini pengarang menyampaikan imajinasinya mengenai cerita pendek yang
dirubah ke dalam naskah drama, bahwa setiap manusia akan dihadapkan beberapa
masalah yang seringkali terjadi tanpa di duga-duga. Seperti halnya dalam kutipan
naskah drama ini:
“Mas Fahmi : (Mas Fahmi
terdiam lagi, kali ini agak lama dari sebelumnya. Ia menundukkan sejenak. Lalu
menatapku lagi dengan pandangan yang lebih sendu dari sebelumnya).
“T..tter.. ternyata…
Ibu telah menjodohkan Mas dan ingin sekali Mas menikah dengan gadis pilihan
Ibu.” (Katanya lirih dan terbata-bata).
“Mas ingin sekali
menolaknya jika saja Mas bisa. Mas sudah berusaha menjelaskan pada Ibu, kalau
Mas sudah punya pilihan lain bahkan Mas sempat bersitegang dengan Ibu. Tapi Ibu
tetap tidak mau tahu. Ibu malah sedih dan akhirnya jatuh sakit sampai-sampai
terkena stroke. Ibu terbaring lemah di rumah sakit, bahkan menolak untuk
bertemu dengan Mas. Ibu tidak punya semangat hidup lagi karena anak
satu-satunya tidak mau mewujudkan keinginannya. Mas tidak tega Ran. Akhirnya,
seminggu yang lalu Mas telah bertunangan dengan gadis itu.”
Kesimpulannya; Bahwa Mas Fahmi ini adalah seorang yang mempunyai
keinginan untuk menikah dengan seseorang yang dicintainya yaitu Kirana. Tetapi
takdir berkata lain bahwa ia tidak akan bisa menikah dengan gadis pilihannya,
sebab melihat kondisi ibunya yang sedang sakit serta keinginan keras dari sang
ibu untuk tetap memaksa Mas Fahmi menikah dengan gadis pilihan ibunya.
Jika hal itu terjadi pada kehidupan kita tentu kita
akan sulit untuk menerimanya tetapi itu
adalah sebuah pilihan. Jika kita harus menuruti apa yang kita inginkan ibunya
akan bertambah parah bahkan tidak akan tertolong lagi.
2. Realitas
Objektif/ Kenyataan Semesta
Dalam drama “Ku Menunggu di Al-Akbar” ini
pengarang tidak mencantumkan aspek politik, aspek norma-norma, ideologi,
konvensi budaya, tetapi hanya mencantumkan Tata nilai, konvensi
sastra dan konvensi Bahasa.
-
Tata Nilai
Nilai agama,
Nilai agama yang disampaikan dalam naskah ini
yaitu dalam kutipan berikut:
“Mama
Kirana : Sudahlah nak, mama tahu kamu
sedang bersedih, Kamu harus yakin bahwa Allah telah mempersiapkan seseorang
yang seribu kali lebih baik dari Mas Fahmi untumu”.
Mama
Kirana : “Kamu jangan kehilangan semangat
seperti ini Nak.” (Lanjut mama). “Allah selalu punya rencana istimewa buat
hamba-hambaNya yang istimewa, dan Kamulah salah satunya. Percaya sama Allah,
Sayang. Allah akan memberikan yang terbaik buat kamu. Mungkin ini ujian dari
Allah, dan jangan lupa jika Allah menguji seorang hamba-Nya berarti Allah
sayang sama dia karena Allah ingin ia jadi lebih mulia. Kamu yang sabar ya,
yang ikhlas.”
Kesimpulannya: nilai agama yang dapat dipetik dalam naskah ini bahwa:
o
Yakin kepada Allah bahwa Allah akan memberikan jodoh yang
terbaik bagi orang yang baik.
o
Allah
selalu punya rencana istimewa buat hamba-hamba-Nya yang istimewa.
o
jika
Allah menguji seorang hamba-Nya
berarti Allah sayang sama kita
karena Allah ingin kita
jadi lebih mulia.
o
Kita harus sabar dan ikhlas ketika
mendapatkan ujian dari Allah.”
-
Nilai sosial
Nilai sosial dalam naskah drama ini, bahwa setiap orang
akan membutuhkan pekerjaan untuk bekal hidupnya. seperti yang dialami Mas Fahmi
dalam naskah ini bahwa Mas Fahmi akan bekerja ke Jakarta selama beberapa tahun.
Berikut kutipanya:
“Mas
Fahmi: “Ran, aku jadi pergi besok.”
Kirana :
“Mas benar-benar akan ke Jakarta? Hmmh, kenapa harus jauh sekali?”
Mas Fahmi : “Iya, memang jauh. Aku gak enak nolak
tawaran pekerjaan itu. Apalagi aku memang sangat membutuhkannya.”
Selain itu nilai sosial yang terkadung dalam naskah drama
ini yaitu manusia akan mempertemukan jodohnya masing-masing serta akan hidup
berkeluarga. Bertemunya dua keluarga tentunya akan menambah generasi serta banyak
saudara. Seperti yang dialami oleh Kirana dan Mas Fahmi. Akhirnya kedua insan
ini menemukan jodohnya masing-masing, Mas Fahmi menikah dengan perempuan yang
dijodohkan ibunya sedangkan Kirana menikah dengan Mas Alfah.
-
Konvensi Bahasa;
Penyampaian bahasa dalam naskah drama Ku
Menunggu di Al-Akbar sangat sederhana karena kata-katanya mudah dimengerti dan
tidak terlalu berbelit-belit sehingga tidak menyulit pembaca untuk menapsirkan
naskah drama yang disampaikan pengarang.
0 komentar